Minggu, 12 Februari 2012

Pantai Ngobaran

Pantai Ngobaran
Add caption
Add caption
Add caption
Berada 2 km arah Barat pantai Ngrenehan. Pantai yang terletak di desa Kanigoro Kecamatan Saptosari, kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta ini memadukan tebing tinggi dan hamparan pantai membentuk relief keindahan tak terkira.
Pantai ini dihiasi karang-karang berselimut alba (rumput laut) yang menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitar. Alba merupakan bahan baku untuk pembuatan kosmetik. Di antara karang-karang terbentuk kolam-kolam mini sepanjang pantai tempat hidup biota-biota laut seperti lobster dan landak laut (hewan laut dengan duri tajam seperti landak) yang menjadi tumpuan para nelayan darat. Sebutan nelayan darat diperuntukkan bagi nelayan yang tidak perlu melaut/berlayar dengan kapal untuk mengekplorasi hasil laut, cukup di pantai saja.
Di pantai ini berdiri beberapa tempat peribadatan berbagai agama/kepercayaan. Sebuah masjid berdiri berdampingan dengan sebuah pura (tempat beribadah umat Hindu), tempat ibadah aliran kepercayaan kejawen dan kejawan (Aliran kepercayaan peninggalan Brawijaya V, diambil dari nama salah satu putra Brawijaya V, Bondhan Kejawan). Keunikan dapat terlihat dari Masjid yang menghadap ke selatan, beradapan dengan wajah keindahan pantai Ngobaran. Namun dalam pelaksanaan sholat, tetap menghadap Kiblat.

Pantai Kukup

Pantai Kukup

Pantai Kukup terletak di Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Gunungkidul Yogyakarta. Di pantai Kukup ada sebuah karang yang menjorok ke laut terpisah dari daratan dengan jembatan yang terbentang. Jalan mendaki yang sengaja di buat sebagai akses ke karang tersebut semakin memanjakan para pengunjung.
Beberapa fasilitas yang terdapat di pantai Kukup antara lain : tempat parkir yang luas, sehingga para pengunjung tidak kebingungan untuk memarkir kendaraannya. Parkir ini terletak di pintu masuk agak jauh dari pantai sehingga pengunjung harus berjalan kaki untuk sampai di pinggir laut. Di kiri kanan jalan memasuki pantai kukup berjajar para pedagang yang menawarkan berbagai souvenir khas pantai, makanan-makanan laut dan ada juga biota laut termasuk ikan hias yang dapat dibeli dengan harga yang wajar.
Untuk menjamin keselamatan para pengunjung, pihak pengelola menyiapkan armada SAR untuk memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan sekaligus menginformasikan kondisi pantai, ombak dan datangnya biota laut berbahaya. Perlu diketahui dan diwaspadai oleh para pengunjung, bahwa di pantai ini kadang datang ubur-ubur di kawasan pantai yang jika menggigit akan menyebabkan keracunan. Tapi jangan khawatir, tim SAR akan menginformasikan datangnya ubur-ubur dan siap membantu jika ada pengunjung yang terlanjur terkena ubur-ubur.
Untuk para pengunjung yang ingin bermalam di Pantai Kukup tak usah binggung. Di kawasan obyek wisata Pantai Kukup, ada penginapan PONDOK WISATA yang akan melayani para wisatawan yang ingin merasakan pemandangan malam di Kukup dengan harga terjangkau.

Pantai Sepanjang

Pantai Sepanjang

Sesuai dengan namanya memiliki garis pantai yang panjang bahkan yang terpanjang di antara pantai-pantai di Gunungkidul, ditaburi hamparan pasir putih yang masih bersih. Pantai ini terletak di Desa Kemadang, Kecamatan  Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Pantai ini menawarkan keindahan Kuta Tempo Doeloe. Pasir putih bersih belum ternoda.
Ketika air laut surut akan nampak karang-karang di bibir pantai yang landai. Ceruk-ceruk yang terbentuk di antara karang-karang tersebut menjadi habitat bagi aneka biota laut. Para pengunjung bisa menemukan aneka kerang-kerangan, landak laut, bintang laut, ganggang laut, bulu babi, dan rumput laut. Dalam kondisi ini, penduduk setempat memanfaatkannya untuk "berburu". Rumput laut, kerang-kerangan dan bulu babi adalah buruan mereka. Hasilnya untuk konsumsi pribadi maupun dijual setelah menjadi produk olahan.
Dan ketika air laut pasang, pengunjung bisa menggunakan "pelataran" ini untuk bercumbu ria dengan debur ombak yang ramah. Namun tetap waspada, dan jangan terlalu ke tengah, karena di pantai Sepanjang terdapat ceruk yang dapat menjadi jebakan bagi mereka.
Kunjungan ke Pantai Sepanjang akan ditutup dengan merekahnya senja di ufuk barat, ketika sang surya perlahan bersembunyi di balik kanan, memancarkan bias warna yang menakjubkan.

Pantai Baron

1.     Pantai Baron
 
Pantai Baron, pantai paling populer di Gunungkidul, karena pantai ini adalah pantai pertama yang akan ditemui jika mengunjungi gugusan kecup mesra laut dan daratan, simbol keelokan wisata pantai Gunungkidul. Jajaran Pantai Baron, Pantai Kukup, Pantai Sepanjang, Pantai Krakal dan Pantai Sundak berderet di sana, memanjakan pengunjung akan keriuhan ombak pembawa kedamaian kalbu.
Pantai Baron terletak di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, sekitar 20 km arah selatan kota Wonosari (40 km dari kota Yogyakarta). Pantai yang menjadi saksi pertemuan antara air laut dan air tawar, yang merupakan hasil dari sungai yang bermuara di satu sudut pantai baron, sebagai perlambang berpadunya dua hati meski dengan perbedaan latar belakang.
Hasil kekayaan Baron seperti udang besar (lobster), ikan bawal putih, kakap, tongkol pun siap memanjakan pengunjung, baik yang masih segar ataupun yang siap saji. Sebagai Rekomendasi, menu andalan di sini adalah Sop Kakap.
Upacara Sedekah Laut yang diselenggarakan oleh masyarakat nelayan setempat setiap bulan suro dalam kalender jawa, sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan hasil laut yang telah diberikan.

UPACARA ADAT GUNUNGKIDUL


1.      Upacara Babad Dalan Sodo
Waktu          : Jum’at Kliwon, 11 Mei 2012 (Setiap tahun sekali. Namun setiap tahun jatuh bulannya tidak menentu, karena dikaitkan dengan jatuhnya musim Labuh [musim menabur benih polowijo].)
Tempat         : Balai Desa Sodo, Paliyan
Keterangan   : Berziarah ke makam Ki Ageng Giring dan acara Tasyakuran dengan  kenduri
Persiapan upacara diawali dua hari sebelum hari “H”. Sedangkan pada puncak acara diselenggarakan acara pokok yaitu Pengajian. Pengajian ini dilokasikan di Masjid didekat Makam Ki Ageng Giring yang didukung dengan keramaian yang suasananya mirip dengan Pasar Malam.
Maksud dari kedatangan untuk melihat dari dekat tentang Upacara Tradisi Babat Dalan, juga sekaligus bermaksud untuk berziarah ke makam Ki Ageng Giring. Upacara Babat Dalan itu sendiri oleh masyarakat setempat bertujuan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar selalu diberikan keselamatan baik lahir maupun batin, sekaligus untuk memperingati wafatnya Ki Ageng Giring.
·         Asal Usul Tradisi Babat Dalan
Keterangan dari M. Ng Suharsosartoyo juru Kunci makam Ki Ageng Giring :
Karena mencarinya makam tersebut dengan cara Babat Babat, maka ditarik kesimpulan, bahwa dua versi tersebut saling mendukung terjadinya asal usul Upacara Tradisi Babat Dalan di desa Sodo. Karena versi pertama Babat babat memasukkan keyakinan Agama Islam, dan versi kedua Babat Babat ilalang dan semak belukar, sehingga menemukan Ki Ageng Giring yang wafatnya pada hari Jum’at Kliwon maka untuk mengingat ingat Peristiwa tersebut, dibuatlah Upacara Tradisi Babat Dalan oleh masyarakat setempat yang jatuh pada hari Jum’at Kliwon sampai sekarang ini.


2.      Upacara Bersih Desa Bobug
Waktu             : Senin Pon, 14 Mei 2012
Tempat            : Rumah Adat Bobug, Putat, Patuk
Keterangan      : Upacara Kenduri diiringi kesenian tradisional


Waktu             : Minggu Legi, 27 Mei 2012
Tempat            : Bangsal Sewoko Projo, Kabupaten Gunungkidul
Keterangan      : Tirakatan dan upacara resepsi dengan memotong tumpeng


4.      Upacara Bersih Desa Karangrejek
Waktu             : Senin Kliwon, 25 Juni 2012
Tempat            : Balai Desa Karangrejek, Wonosari
Keterangan      : Upacara Kenduri diiringi kesenian tradisional
Upacara adat dimeriahkan dengan kirab Gunungan hasil pertanian sebagai simbol ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME. Upacara tersebut juga menjadi wahana bersosialisasi dan mengapresiasikan kesenian warga masyarakat Karangrejek.
Upacara adat Karangrejek diawali dengan kenduri yang dilaksanakan di tiap padukuhan. Tiap padukuhan memepersiapan Gunungan untuk diarak ke balai desa Karangrejek. Kirab gunungan yang diikuti tujuh padukuhan ini semarak dengan simbol simbol kesenian adat dan himbauan kepada masyarakat untuk bersatu.
Ratusan warga yang mengenakan pakaian adat Jawa turut meraimaikan kirab budaya tersebut. Iring – iringan gunungan hasil Bumi yang diikuti oleh simbol hewan dan kreativitas seni warga mampu menyedot perhatian warga masyarakat lainnya untuk turut menyaksikan jalannya kirab tersbut. Upacara adat ini dilaksanakan secara turun temurun sebagai bentuk rasa syukur kehadapan sang Pencipta atas berkah yang diberikan selama ini.


5.      Upacara Bersih Desa Mulo
Waktu             : Jum’at Kliwon, 15 Juni 2012
Tempat            : Balai Desa Mulo, Wonosari
Keterangan      : Upacara Kenduri diiringi kesenian tradisional


6.      Upacara Sadranan Sendang Logantung
Waktu             : Rabu Pahing, 27 Juni 2012
Tempat            : Sendang Logantung, Sumberejo, Semin
Keterangan      : Sedekah bumi di mata air sendang


7.      Upacara Bersih Desa Kepek
Waktu             : Sabtu Pahing, 7 Juli 2012
Tempat            : Balai Desa Kepek
Keterangan      : Upacara Kenduri diiringi kesenian tradisional


8.      Upacara Sadranan Gunung Kembar
Waktu             : Senin Legi, 16 Juli 2012
Tempat            : Desa Jurangjero, Ngawen
Keterangan      : Setelah Juru Kunci menikrarkan, Upacara rebutan sesaji diiringi kesenian tradisional


9.      Upacara Sadranan
Waktu             : Senin Legi, 16 Juli 2012
Tempat            : Desa Beji, Kecamatan Ngawen
Keterangan      : Setelah Juru Kunci menikrarkan, Upacara rebutan sesaji diiringi kesenian tradisional


10.  Upacara Bersih Desa Wonosari
Waktu             : Rabu Kliwon, 20 Juli 2012
Tempat            : Balai Desa Wonosari, Wonosari
Keterangan      : Upacara Kendiri diiringi kesenian tradisional


11.  Upacara Bersih Desa Gubug Gede
Waktu             : Minggu Pahing, 22 Juli 2012
Tempat            : Desa Ngalang, Gedangsari
Keterangan      : Upacara Kenduri diiringi kesenian Tayub


12.  Upacara Cing-Cing Goling
Waktu              : Kamis Kliwon, 9 Agustus 2012 (setiap tahun). Perhelatan ini jatuh pada pascapanen ke-2 yaitu sekitar bulan Mei, Juni, dan Juli dan berlangsung menurut hari dalam pasaran Jawa yaitu hari Senin Wage atau Kamis Kliwon.
Tempat         : Upacara Cing-cing Goling dilaksanakan di Bendungan Dawe (Bendungan Kedung Dawang). Di tengah upacara biasanya.
Padukuhan Gedangan, Desa Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul.
Keterangan   : Upacara Kenduri diiringi kesenian tradisional. Upacara Cing-cing Goling merupakan upacara adat sebagai ritual penghormatan terhadap roh leluhur ataupun roh pelindung masyarakat di Padukuhan Gedangan. Dapat dikategorikan sebagai upacara selamatan atau ungkapan rasa syukur. 
Masyarakat dipimpin oleh pemuka adat berdoa. Di tengah ritual biasanya juga ditampilkan cerita rakyat yang berbentuk fragmen. Upacara tradisional kenduri dan peragaan yang dimainkan oleh 22 pria dan seorang wanita, menggambarkan perjalanan Kyai Wisang Sanjaya dari Kerajaan Majapahit bersama istrinya yang selalu digoda oleh para pemuda nakal, dan selamat sampai di Desa Gedangan. Pengunjung yang menghadiri upacara ini diberi ayam panggang, lauk pauk, serta nasi sebagai ucapan terimakasih karena sudah mengikuti acara.
Konon Upacara Cing-cing Goling merupakan ungkapan rasa syukur atas keberhasilan panen masyarakat setempat dan para pelarian dari Kerajaan Majapahit. Peristiwa pelarian orang-orang Kerajaan Majapahit ditengarai terjadi ketika Kerajaan Majapahit berada di ambang keruntuhan pada abad ke-15. Saat itu Kerajaan Majapahit diperintah oleh Raja Brawijaya V. Para pelarian yang dipimpin oleh Wisang Sanjaya dan Yudopati ini, menempuh perjalanan dari Jawa Timur hingga tiba di daerah Gedangan.
Di daerah ini, Wisang Sanjaya, Yudopati, dan pelarian lainnya mencoba membaur dengan penduduk sekitar yang tinggal lebih dulu. Penduduk setempat menerima mereka karena sikap mereka yang dikenal ringan tangan dan mudah bergaul. Ditambah lagi, penduduk setempat menganggap para pelarian ini telah berjasa besar dalam membantu mengamankan daerah Gedangan dari serbuan para penjahat yang kala itu sering datang dan mengincar hasil panen para penduduk.
Selain membantu mengusir para penjahat, pelarian dari Kerajaan Majapahit ini juga berusaha memajukan pertanian dengan cara membuat bendungan di Kali Dawe. Bersama dengan masyarakat setempat, para pelarian ini bahu-membahu membuat bendungan agar sawah di sekitar daerah Gedangan tidak kekurangan pasokan air. Usaha ini membuahkan hasil, sawah-sawah milik para penduduk Gedangan tidak pernah mengalami kekeringan.


13.  Upacara Bersih Telaga Jonge
Waktu             : Minggu Pahing, 30 September 2012
Tempat            : Desa Pacarejo, Semanu
Keterangan      : Upacara Kenduri sebagai rasa syukur kepada Tuhan YME karena tersedia air untuk berbagai keperluan


14.  Upacara Sedekah Laut Baron
Waktu             : Kamis Pon, 15 November 2012
Tempat            : Pantai Baron, Desa Kemadang, Tanjungsari
Keterangan      : Upacara Kenduri dan sesaji dilarung di laut
Upacara tradisi yang merupakan warisan leluhur nenek moyang sudah banyak dihilangkan oleh penerusnya, namun lain halnya dengan masyarakat di Kabupaten Gunungkidul yang warganya masih kental memelihara adat istiadatatnya n buktinya nyata adalah yang akan dilakukan oleh masyarakat dipesisir Pantai Baron besok pada Kamis (17/12), yang akan mengadakan perayaan Upacara Adat Sedekah Laut Pantai Baron. Budaya adat yang beragam di kabupaten Gunungkidul senantiasa bisa memancarkan pesona wisata yang menumbuhkan rasa kecintaan terhadap  budaya bangsa Indonesia khususnya di Gunungkidul.
Penyelenggaraannyapun telah dikemas sedemikian rupa bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten Gunungkidul sehingga pesona yang unik dan menarik itupun diupayakan bisa menjadi magnet bagi wisatawan yang berkunjung di obyek wisata tersebut, yang akan berdampak pada tergeraknya perekonomian masyarakat dan berujung pada peningkatan PAD Gununghkidul.
Guna menambah daya tarik wisatawan kemasan sedekah laut Pantai Baron akan diikuti pula dengan serangkaian kegiatan Baksos dilingkungan obyek wisata, kenduri, larungan ubo rampe (jodhang/gunungan) ke tengah lautan, ramah tamah dengan semua peserta upacara adat, seni tradisional dan ucapan puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah memberkahi dan emmberikan keselamatan selama mereka mencari rejeki di pesisir Pantai Baron tersebut.


15.  Upacara Sedekah Laut Kukup
Waktu             : Kamis Pon, 15 Novenber 2012
Tempat            : Pantai Kukup, Desa Kemadang, Tanjungsari
Keterangan      : Upacara Kenduri dan sesaji dilarung di laut


16.  Pentas Karawitan
Waktu             : Kamis Kliwon malam setiap bulan (Malam Jum’at Legi)
Tempat            : Bangsal Sewokropojo, Wonosari
Keterangan      : Pentas Kesenian Karawitan 18 Kecamatan se-Kabupaten Gunungkidul secara bergantian tiap bulan

Senin, 09 Januari 2012

Sekilas Candi Ratu Boko...


Candi Ratu Boko
Ratu Boko terletak di kelurahan Sukoharjo, Sleman, ± 3 km arah selatan Candi Prambanan, ± 18 km dari arah timur Yogyakarta, ± 50 km  dari arah barat kota Solo atau ± 50 km barat daya Kota Surakarta, ± 196 m di atas permukaan laut, ± 195.97 m di atas permukaan bukit, area istana seluas 250.000 m2 merupakan kelanjutan pegunungan seribu dengan luas ± 250.000 m3.
Situs ini menampilkan atribut sebagai tempat berkegiatan atau situs pemukiman, namun fungsi tepatnya belum diketahui dengan jelas. Ratu Boko diperkirakan sudah dipergunakan orang pada abad ke-8 pada masa Wangsa Sailendra (Rakai Panangkaran) dari Kerajaan Medang (Mataram Hindu). Dilihat dari pola peletakan sisa-sisa bangunan, diduga kuat situs ini merupakan bekas keraton (istana raja). Pendapat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kompleks ini bukan candi atau bangunan dengan sifat religius, melainkan sebuah istana berbenteng dengan bukti adanya sisa dinding benteng dan parit kering sebagai struktur pertahanan. Sisa-sisa permukiman penduduk juga ditemukan di sekitar lokasi situs ini.
A.  Riwayat
Ratu Boko adalah sebuah bangunan megah yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, salah satu keturunan Wangsa Syailendra yang beragamakan Budha. Pada peralihan kekuasaan saat itu kekuasaan beralih oleh Rakai Pikatan dari Dhinasti Sanjaya yang beragamakan Hindu.
Nama Kraton Boko berasal dari Kraton dan Ratu Boko. Kraton berasar dari kata Ka-da-tu-an artinya tempat istana Raja, Ratu Boko berasal dari Ratu yang artinya Raja dan Boko yang artinya Bangau. Dari arti tersebut masih menimbulkan pertanyaan, siapa yang disebut Raja bangau itu, apakah nama seorang penguasa atau nama burung bangau sungguhan yang sering hinggap di kawasan perbukitan Ratu Boko.
Istana yang awalnya bernama Abhayagiri Vihara (berarti biara di bukit yang penuh kedamaian). ini didirikan untuk tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Berada di istana ini, anda bisa merasakan kedamaian sekaligus melihat pemandangan kota Yogyakarta dan Candi Prambanan dengan latar Gunung Merapi.
Prasasti itu menyebutkan seorang tokoh bernama Tejahpurnpane Panamkorono, diperkirakan dia adalah Rakai Panangkaran pada abad ke-8 tahun 746-784 Masehi. Meski demikian Situs Ratu Boko masih diselimuti misteri, belum diketahui kapan dibangun, oleh siapa, untuk apa, dan sebagainya. Orang hanya memperkirakan itu sebuah keraton.
Kawasan ini disebut Abhayagiri Wihara. Abhaya yang berarti tidak ada bahaya, giri berarti bukit/gunung, wihara berarti asmara/tempat. Dari arti-arti tersebut dapat diartikan bahwa Abhayagiri Wihara berarti asmara/tempat para Bhiksu agama Budha yang berada di atas bukit penuh kedamaian. Ratu Boko pertama kali ditemukan oleh Van Boeckholtz tahun 1790 M masih berupa reruntuhan purbakala di atas bukit Ratu Boko. Penemuan itu langsung dipublikasikan.
Hal itu menarik minat ilmuwan Makenzic, Junghun, dan Brumun. Tahun 1814 mereka mengadakan kunjungan dan pencatatan. Seratus tahun kemudian FDK Bosch mengadakan penelitian dan melaporkan hasil penelitiannya diberi judul Keraton Van Ratoe Boko, dengan demikian kepurbakalaan yang ada di bukit Ratu Boko dikenal dengan nama Kraton Ratu Boko.
Pada tahun 1938 penelitian mengarah ke renofasi. Tahun 1950 mulai direnofasi di bagian paling depan, gapura I dan gapura II. Usaha itu kemudian dilanjutkan pemerintah Indonesia sejak tahun 1952.
Menurut Prof. Buchari seorang ahli sejarah bangunan, Keraton Boko merupakan benteng pertahanan Balapitradewa atau Rakai Kayuwangi putera bungsu Rakai Pikatan. Konon Rakai Kayuwangi diserang oleh Rakai Walaing Puhuyaboni cicit laki-laki Sanjaya yang merasa lebih berhak atas tahta daripada Rakai Pikatan karena Rakai Pikatan hanyalah suami dari Pramodharwani puteri mahkota Samarattungga yang beragama Budha. Dalam pertempuran tersebut Rakai Walaing berhasil dipukul mundur dan terpaksa mengungsi di atas perbukitan Ratu Boko dan membuat benteng pertahhanan di sana. Namun pada akhirnya Keraton Boko dapat digempur dan diduduki Rakai Kayuwangi yang secara sengaja merusak prasasti yang memuat silsilah Rakai Walaing dengan menghilangkan bagian yang memuat nama-nama ayah, kakek, dan buyut Rakai Walaing.
Kraton Ratu Boko mengarah pada rumah tinggal. Terdapat dua titik bangunan yang bersifat agama Hindu dan Budha. Berbeda dengan bangunan lain dari masa klasik Jawa Tengah, Situs Ratu Boko mempunyai karakter dan keistimewaan tersendiri. Tinggalan bangunan masa klasik Jawa Tengah pada umumnya berupa candi (bangunan suci/kuil), sedang peninggalan di Situs Ratu Boko menunjukkan tidak saja bangunan suci (candi), tetapi juga bangunan-bangunan lain yang bersifat profan. Sifat keprofanan tersebut ditunjukkan oleh adanya tinggalan yang dahulunya merupakan bangunan hunian dengan tiang dan atap yang dibuat dari bahan kayu , tetapi sekarang hanya tinggal bagian batur-baturnya saja yang terbuat dari bahan batu. Di samping  bangunan-bangunan yang menunjukkan sifat sakral dan profan, di dalam Situs Ratu Boko ini juga ditemukan jenis-jenis bangunan lain, yaitu berupa kolam dan gua.
Ditinjau dari tata letaknya, bangunan-bangunan di Situs Ratu Boko dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelompok, yaitu: kelompok Gapura Utama, kelompok Paseban, kelompok Pendapa, kelompok Keputren, dan kelompok Gua.
1.      Kelompok Gapura Utama terletak di sebelah barat yang terdiri dari Gapura Utama I dan II, talud, pagar, candi Pembakaran dan sisa-sisa reruntuhan.
2.      Kelompok Paseban terdiri dari batur Paseban dua buah, talud dan pagar Paseban.
3.      Kelompok Pendapa terdiri dari batur Pendapa dan Pringgitan yang dikelilingi pagar batu dengan tiga gapura sebagai pintu masuk, candi miniatur, serta beberapa kolam penampung air berbentuk bulat yang dikelilingi pagar lengkap dengan gapuranya.
4.      Kelompok Keputren berada di sebelah tenggara, terletak pada halaman yang lebih rendah dan terdiri dari dua batur, kolam segi empat, pagar dan gapura.
5.      Adapun kelompok Gua terdiri dari Gua Lanang dan Gua Wadon.
Area istana seluas 250.000 m2 terbagi menjadi empat, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur. Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban. Sementara, bagian tenggara meliputi Pendopo, Balai-Balai, 3 candi, kolam, dan kompleks Keputren. Kompleks gua, Stupa Budha, dan kolam terdapat di bagian timur. Sedangkan bagian barat hanya terdiri atas perbukitan.
Pada bagian teras pertama  tidak ada bangunan kecuali pagar dan jalan masuk, di teras kedua ada  gapura utama 1 dengan jumlah pintunya 3, sedangkan teras ketiga prtama ada gapura utama 2 dengan  jumlah pintunya 5.
Batu yang ada tandanya adalah batu asli. Tanpa perekat batunya tetap kuat. Rusaknya situs maupun peninggalan karena adanya faktor alam dan buatan manusia.

Keistimewaan Situs Ratu Boko
Berbeda dengan peninggalan purbakala lain dari zaman Jawa Kuno yang umumnya berbentuk bangunan keagamaan, situs Ratu Boko merupakan kompleks profan, lengkap dengan gerbang masuk, pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian, hingga pagar pelindung.
Berbeda pula dengan keraton lain di Jawa yang umumnya didirikan di daerah yang relatif landai, situs Ratu Boko terletak di atas bukit yang lumayan tinggi. Ini membuat kompleks bangunan ini relatif lebih sulit dibangun dari sudut pengadaan tenaga kerja dan bahan bangunan. Terkecuali tentu apabila bahan bangunan utamanya, yaitu batu, diambil dari wilayah bukit ini sendiri. Ini tentunya mensyaratkan terlatihnya para pekerja di dalam mengolah bukit batu menjadi bongkahan yang bisa digunakan sebagai bahan bangunan.
Kedudukan di atas bukit ini juga mensyaratkan adanya mata air dan adanya sistem pengaturan air yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kolam pemandian merupakan peninggalan dari sistem pengaturan ini; sisanya merupakan tantangan bagi para arkeolog untuk merekonstruksinya.
Posisi di atas bukit juga memberikan udara sejuk dan pemandangan alam yang indah bagi para penghuninya, selain tentu saja membuat kompleks ini lebih sulit untuk diserang lawan.
Keistimewaan lain dari situs ini adalah adanya tempat di sebelah kiri gapura yang sekarang biasa disebut "tempat kremasi". Mengingat ukuran dan posisinya, tidak pelak lagi ini merupakan tempat untuk memperlihatkan sesuatu atau suatu kegiatan. Pemberian nama "tempat kremasi" menyiratkan harus adanya kegiatan kremasi rutin di tempat ini yang perlu diteliti lebih lanjut. Sangat boleh jadi perlu dipertimbangkan untuk menyelidiki tempat ini sebagai semacam altar atau tempat sesajen.

Taman Wisata Ratu Boko
Pemerintah pusat sekarang memasukkan komplek Situs Ratu Boko ke dalam otorita khusus, bersama-sama dengan pengelolaan Candi Borobudur dan Candi Prambanan ke dalam satu BUMN, setelah kedua candi terakhir ini dimasukkan dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO. Sebagai konsekuensinya, Situs Ratu Boko ditata ulang pada beberapa tempat untuk dapat dijadikan tempat pendidikan dan kegiatan budaya.
Terdapat bangunan tambahan di muka gapura, yaitu restauran dan ruang terbuka (Plaza Andrawina) yang dapat dipakai untuk kegiatan pertemun dengan kapasitas sekitar 500 orang, dengan vista ke arah utara (kecamatan Prambanan dan Gunung Merapi). Selain itu, pengelola menyediakan tempat perkemahan dan trekking, paket edukatif arkeologi, serta pemandu wisata.

B.   Bangunan
1.      Bagian banguna utama yaitu gapura I dan gapura II
Bila masuk dari pintu gerbang istana, anda akan langsung enuju ke bagian tengah. Dua buah gapura tinggi akan menyambut anda. Gapura tersebut digunakan sebagai pintu masuk utama kraton ratu boko selain itu untuk pintu masuk tempat penjaan awal.
-       Gapura pertama terdiri atas 3 pintu gerbang yang saling berdekatan, membujur dari utara ke selatan. Pintu gerbang yang di tengah adalah yang terbesar dan merupakan pintu gerbang utama yang diapit oleh dua pintu gerbang lainnya yang disebut gerbang pengapit. Bila anda cermat, pada gapura pertama akan ditemukan tulisan ‘Panabwara’. Kata itu berdasarkan prasasti Wanua Tengah III dituliskan namanya adalah untuk melegitmasi kekuasaan, memberi ‘kekuatan’ sehingga lebih agung dan memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.
-      Gapura kedua terdiri dari 5 pintu gerbang, terdiri dari 4 gerbang pengapit dan satu gerbang utama yang terletak di tengah gerbang pengapit.Pada tahap renofasi tahun 1950-1954 dua gapura ini terselesaikan.



2.      Alun-alun
Di fungsikan sebagai tempat berkumpul dan upacara.
3.      Step/panggung saat ini temuan umpak (tempat tumpuhan tiang)
Digunakan untuk acara pertunjukan.
4.     Paseban
Kata dasarnya “seba” yang artinya pesowan digunakan untuk ruang tungggu bagi tamu yang akan menemui raja. Dinamakan paseban karena berdasarkan analogi dengan bangunan kraton pada masa sekarang. Paseban terdiri dari 2 batur yang saling berhadapan, paseban timur (panjang 24,6 m; lebar 13,3m; tinggi 1,16 m) dan paseban barat (panjang 24,42 m; lebar 13,34 m; tinggi 0,83 m).
5.      Kedaton
-          Ruang pendopo
-          Ruang pendetan
-          Pringgitan untuk ruang istirahat
Merupakan bagian bangunan terbesar. Batur pendopo berdenah segi empat berukuran 20 x 21 m dan tingginya 1,46 m tersusun dari batu andesit pada sisi utara timur dan barat terdapat tangga naik yang tersusun dari batu andesit. Di atas permukaan Batur pendopo terdapat sejumlah umpak yang berjumlah 24 buah sedangkan permukaan Batur pringgitan terdapat 12 umpak.

6.      Miniatur
Suatu ciri atau peninggalan bersifat Hindu yaitu shiwa dan wisnu. Tempat ini digunakan untuk sembahyang / ibadah.

7.      Kolam
Terbagi dua ruang besar :
1.      Untuk menampung air hujan
2.       Untuk tempt pemandian
8.      Keputren
Merupakan tempat untuk istirahat khusus putri. Pada bagian selatan tempat untuk dayang-dayang / putri.

9.      Bale-bale (batur bale)
Tempat istirahat khusus putra (9 ruang).


10.  Stupa
Bagian atas menyerupai candi Borobudur sebagai tempat untuk agama Hindu
Arca :
-          Hindu
-          Budha

11.  Gua
Di situs Ratu Boko terdapat Gua Lanang dan Gua Wadon. Dinamakan gua wadon karena terdapat semacam relief yang menggambarkan lambing yoni di atas pintunya. Yoni adalah simbol kelamin wanita, biasanya dilengkapi dengan lingga yaitu simbol kelamin laki-laki. Persatuan antara keduanya menyebabkan kesuburan. Diharapkan daerah di sekitar lingga dan yoni ikut menjadi subur dan makmur. Gua ini diduga untuk tempat bersemedi, karena di dalamnya terdapat lubang / luweng untuk menaruh sesaji.
 
12.  Candi Pembakaran
Sebutan ini berdasarkan pada penemuan abu yang terdapat di sumuran candi sehingga orang beranggapan bahwa bangunan ini pada masa lampau menjadi tempat pembakaran atau penyimpanan abu jenazah raja. Setelah diteliti lebih seksama, abu tersebut adalah sisa pembakaran kayu dan tidak ada indikasi sebagai sisa pembakaran tulang. Candi itu berbentuk bujur sangkar memiliki 2 teras. Terbuat dari batu andesit berukuran panjang 22,60 m, lebar 22,33 m dan tinggi 3,82 m.

13.  Sumur Suci / Sumur Amerta Mantana
Yang berarti Amerta (air), Mantana (doa/mantra), yang mengandung arti air suci yang sudah diberikan mantra. Sumur suci ini terletak di sudut tenggara Candi pembakaran. Salah satu sumur tua yang mengandung misteri. Kini, airnya pun masih sering digunakan. Masyarakat setempat mengatakan air sumur itu dapat membawa keberuntungan bagi pemakainya. Mitos air ini dapat berguna sesuai apa yang diinginkan, sering dimanfaatkan untuk acara prosesi ritual antara lain pengambilan air suci untuk prosesi Tawur Agung umat Hindu selain itu untuk pengambilan air suci sebelum perayaan hari raya Nyepi. 

14.  Candi Batu Putih
Candi Batu Putih terletak ±45 meter dari gapura kedua. Candi ini menggunakan kombinasi antara batu hitam dan batu putih. Pada candi ini tidak ada tangga permanent untuk memasuki Candi batu putih.
Pada abad-8 hanya orang-orang tertententu yang dapat memasuki candi batu putih, harus ada tolak bala atau upacara tertentu untuk memasukinya.